What's new?

Saturday, March 20, 2021

Review Buku: Sam Di Gi, Bocah yang Tak Bisa Membaca


 Judul Buku: Sam Di Gi, Bocah yang Tak Bisa Membaca

Pengarang: Won Yousoon

Tahun terbit: 2014

Penerbit: DAR! Mizan


Pernahkah kamu mendapat pengalaman tidak menyenangkan di sekolah saat kecil? Bagaimana perasaanmu jika di sekolah kamu selalu menjadi bahan cemooh teman sekelas karena sesuatu yang menjadi kekuranganmu?

Hal itulah yang dialami Um Sam Deok, yang lebih senang disebut Sam Di Gi. Sam Di Gi sebenarnya adalah anak yang baik dan lucu. Hanya saja dia belum bisa membaca, suatu hal yang tidak lazim bagi siswa yang sudah duduk di kelas dua SD. Hal itu membuat Sam Di Gi kerap dipermalukan oleh guru kelasnya yang sudah angkat tangan dalam mengajar Sam Di Gi membaca. Tidak hanya itu, teman sekelas Sam Di Gi juga kerap mengejeknya. Bukan saja karena kemampuan membaca yang berbeda dari teman-temannya, tapi juga karena penampilan Sam Di Gi yang lusuh. 

Sam Di Gi memang berasal dari keluarga sederhana. Ia hanya tinggal berdua dengan neneknya yang sudah renta dan buta huruf. Ayahnya sudah lama meninggal dan ibunya meninggalkan Sam Di Gi saat masih kecil. Praktis, tidak ada yang membantunya belajar membaca ketika di rumah, dan Sam Di Gi jadi kesulitan mengikuti pelajaran membaca di sekolah. Rasa malu akibat perlakuan teman-teman dan ketidakmampuan dalam membaca membuat Sam Di Gi malu dan marah. Ia kerap membalas teman-teman yang mengejeknya. Dari situlah ia dikucilkan dan dianggap sebagai pembuat onar. Dapatkah Sam Di Gi membaca pada akhirnya? Adakah teman yang dapat memahami dan mau membantunya belajar membaca?

Mengikuti kisah Sam Di Gi, Bocah yang Tak Bisa Membaca membuatku tercenung dan sejenak kembali pada masa kecil. Saat kita masih duduk di bangku sekolah dasar, pasti ada saja teman kita yang kerap diomeli atau dipermalukan karena tidak menguasai pelajaran. Ada juga teman yang kerap berbuat jahil dan mengganggu teman sekelas lainnya. Mungkin saat kecil kita menganggap anak-anak itu pengganggu atau bahan lelucon, tapi bisa jadi mereka melakukan hal-hal itu karena berbagai alasan yang tidak pernah mereka ceritakan. Siapa tahu di balik itu semua, mereka adalah anak yang butuh bantuan, atau justru anak yang menyenangkan bagi keluarganya, seperti halnya Sam Di Gi yang sangat perhatian dan kerap menghibur neneknya. Novel anak Korea ini memiliki cerita yang sederhana, namun menurutku maknanya begitu dalam. Kita sebagai pembaca seakan diingatkan untuk saling menghargai sesama dan tidak menjadikan kekurangan fisik atau mental seseorang sebagai bahan cemooh. Justru kita harus berusaha untuk lebih menerima dan membantu ketika mereka memerlukan.