Judul buku: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Pengarang: Kate DiCamillo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2006
It is when challenged to my core that I learn the depth of who I am. - Dr. Steve Maraboli
Judul buku: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Pengarang: Kate DiCamillo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2006
Judul buku: Hush Little Baby
Pengarang: Anggun Prameswari
Tahun terbit: 2018
Penerbit: Noura
Memiliki suami mapan dan perhatian beserta bayi mungil nan menggemaskan nampak sebagai hidup sempurna ya bagi seorang wanita. Namun apa benar hanya hal itu yang dapat membuat wanita merasa bahagia dan dihargai?
Pengarang: Won Yousoon
Tahun terbit: 2014
Penerbit: DAR! Mizan
Pernahkah kamu mendapat pengalaman tidak menyenangkan di sekolah saat kecil? Bagaimana perasaanmu jika di sekolah kamu selalu menjadi bahan cemooh teman sekelas karena sesuatu yang menjadi kekuranganmu?
Judul buku: Sambal & Ranjang
Pengarang: Tenni Purwanti
Tahun terbit: 2020
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jika kamu terlahir sebagai seorang perempuan, apa yang terbayang di benakmu begitu tumbuh besar? Baju warna-warni? Pernak-pernik lucu untuk menghias diri? Bagaimana jika ketika dewasa kamu dihadapkan bahwa dunia tidak selalu berwarna-warni, sebagaimana hiasan rambut yang kamu kenakan dulu? Apa reaksimu ketika harus menerima berbagai paksaan hingga kekerasan dari orang di sekitar?
Judul: Kokokan Mencari Arumbawangi
Pengarang: Cyntha Hariadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2020
Saat kamu membaca dongeng, apakah kamu selalu membayangkan ending yang bahagia? pernahkah kamu membaca dongeng-dongeng ala Hans Christian Andersen atau Grimm Brothers yang kerap menyuguhkan aura sedih dan menyakitkan dalam kisah-kisahnya?
Kurang lebih seperti itulah kisah Kokokan Mencari Arumbawangi ini. Meski novel ini merupakan kisah dongeng dan dapat dibaca oleh anak-anak, seperti yang tertulis pada sampul depan dan kolom di bagian belakang bawah, namun cerita dalam buku ini penuh akan realita kehidupan yang menyakitkan.
Berkisah tentang kehidupan Nanamama dan kedua anaknya, Kakaputu dan Arumbawangi, novel ini memaparkan bagaimana masyarakat terdekat kita kadang justru dapat menjadi orang yang paling menjatuhkan kita. Kenapa orang-orang desa begitu membenci Nanamama dan keluarganya? Lantas, apa hubungan antara Arumbawangi dan burung Kokokan?
Bagaimana orang-orang melakukan diskriminasi terhadap orang lain yang tidak dianggap segolongan, atau melakukan fitnah tanpa didasari bukti yang benar-benar kuat pada sesama penduduk, diceritakan dengan apik dalam kisah ini. Buku ini juga menunjukkan bahwa rasa kekeluargaan tidak selalu ditumbuhkan karena hubungan darah semata, tapi juga karena rasa kemanusiaan dan kasih sayang yang masih dimiliki manusia.
Buku ini sangat cocok diberikan pada anak-anak yang ingin meningkatkan level bacaan, dijadikan teman bedtime story orangtua untuk si Kecil juga oke. Yang pasti, dari novel karya Cyntha Hariadi ini banyak realita kehidupan yang dapat dipelajari kita sebagai orang dewasa, dan dapat dijadikan bahan diskusi juga dengan anak-anak.Tidak perlu khawatir isinya akan terlalu menyedihkan untuk anak-anak, karena menurutku mengasah kepekaan anak sejak dini terhadap segala masalah kehidupan adalah hal yang penting.
Judul: Silsilah Duka
Pengarang: Dwi Ratih Ramadhany
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 134 halaman
Penerbit: Basabasi
Silsilah Duka mengisahkan kesedihan beruntun yang harus dialami Farid dan keluarganya. Setelah Ramlah istrinya memilih mengakhiri hidup dengan cara mengenaskan, Farid berusaha menjalani hidup dengan dua anak perempuannya, Majang dan Mangsen. Bukan hal yang mudah memang, terlebih ingatan akan Ramlah masih terus menghantui Farid dan anak-anaknya. Kepergian Ramlah yang tragis, juga beban berat yang harus dipikul Ramlah selama menjadi istri dan ibu, membuat Farid menyesal tidak bisa lebih sering ada di dekat istrinya, sekalipun ia telah berusaha menjadi suami dan pendukung nomor wahid untuk istrinya itu. Apalagi sumber beban itu datang tak lain dari Juhairiyah, ibu kandung Farid sendiri. Juhairiyah yang merasa semua perkataannya adalah benar, yang kerap menghakimi segala yang Ramlah lakukan, yang kerap menyalahkan Ramlah atas hal-hal yang menurutnya tidak tepat, hingga membuat Ramlah merasa bahwa dirinya hanya akan membawa keburukan bagi anak-anaknya. Nyatanya, Juhairiyah tidak hanya menanamkan luka di hati Ramlah, tapi juga menyemai duka bagi Farid dan adiknya, Kholila. Juhairiyah memaksa anak-anaknya untuk mengikuti kehendaknya dengan dalih surga ada di telapak kaki ibu. Mampukah Farid dan Kholila memutus rantai duka yang membelit keluarga mereka? Bagaimana Majang dan Mangsen yang masih kecil menyikapi nenek mereka yang begitu dominan?
Sesuai dengan judulnya, Silsilah Duka membawa isu mengenai duka yang dibawa secara turun temurun dalam keluarga yang diakibatkan hubungan tidak sehat dalam keluarga tersebut. Dalam hal ini, sumber dari segala nestapa itu bermuara pada sosok perempuan yang merasa statusnya sebagai seorang ibu membuat segala perkataannya harus dituruti, tidak peduli bagaimana caranya, apakah hal itu akan menorehkan luka di hati anak dan menantunya atau tidak. Dari Silsilah Duka, kita belajar pula bahwa peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu tidaklah mudah. Tuntutan masyarakat terhadap bagaimana perempuan harus berlaku, bagaimana peran seorang istri dan ibu harus dilakukan, hingga kapan dan dengan siapa perempuan harus menikah, memberi tekanan tersendiri bagi perempuan. Jika hal-hal itu terus terjadi, bukan tidak mungkin seorang istri dan ibu dapat mrngalami baby blues, juga depresi berkepanjangan.
Dengan kisah yang suram dan penuh nestapa, Silsilah Duka adalah sebuah novela yang menarik untuk dibaca. Kisah yang dibawakan memang tragis, bahkan cenderung menyakitkan. Namun rentetan duka nestapa yang sejak awal dimunculkan dalam cerita ini mampu membuat pembacanya semakin tidak sabar untuk menyelesaikan hingga akhir. Isu yang dibawakan dalam buku ini juga relatable dengan kehidupan zaman now, dibumbui dengan sentuhan nilai-nilai tradisional. Buku ini memaparkan bahwa adanya relasi kuasa dan stigma masyarakat masih begitu kuat mempengaruhi kehidupan seseorang. Jika perempuan hidup dalam lingkungan yang hanya menghakimi segala hal yang ia lakukan, tanpa memberinya dukungan, tentu hal ini akan makin meracunu pikiran perempuan tersebut. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk tidak menjadi racun dalam hubungan dengan siapa pun, dan lebih berhati-hati dalam menjaga tutur kata. Jangan sampai apa yang kita ucapkan justru menjadi pemicu kesedihan bagi orang lain.
Judul: 86
Pengarang: Okky Madasari
Tahun terbit: 2011
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Sebagai seorang pegawai rendahan, apa yang akan kamu lakukan ketika atasanmu memerintahkan untuk menjalankan suatu pekerjaan yang akan menghasilkan pundi uang yang sangat banyak? Akankah kamu berpikir dua kali untuk megerjakannya? Atau kamu akan langsung mengiyakan, sekalipun kamu tahu ada risiko yang harus ditanggung di belakang nanti?
Novel 86 berkisah tentang Arimbi, seorang perempuan lugu yang merantau ke Jakarta. Dibesarkan oleh keluarga yang sederhana di desa, Arimbi yang meraih gelar sarjana dan menjadi PNS di pengadilan merupakan kebanggaan bagi bapak ibunya. Nyatanya, di pengadilan Arimbi hanyalah seorang juru ketik dengan penghasilan pas-pasan. Hidupnya di Ibukota masih sangat jauh dari kesan berkecukupan. Namun begitu Arimbi harus berusaha memutar uangnya agar bisa mencukupi kebutuhan hidupanya, sekaligus memenuhi harapan orangtuanya di desa. Sampai suatu ketika atasan Arimbi memerintahkannya untuk menjalankan tugas yang Arimbi ketahui penuh risiko dan berbahaya, namun dapat memberikan kehidupan yang jauh lebih layak baginya. Bagaimana nasib Arimbi selanjutnya? Akankah dia tetap mengikuti permainan yang telah banyak dilakukan orang-orang, sekalipun hal itu menyalahi aturan dan membahayakan dirinya?
Novel 86 memaparkan potret kehidupan yang keras dan bagaimana sebagian masyarakat menggunakan segala cara guna mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Novel ini juga menyajikan paparan realita kehidupan di sekitar kita, bahwa mereka yang memiliki kuasa dan harta acap kali lebih dimudahkan untuk mendapat akses dalam segala hal. Uang seakan punya andil dalam segala hal, membuat orang kadang lupa diri dalam memburu harta. Novel 86 juga menunjukkan bahwa kadang apa yang sudah jamak dilakoni orang-orang belum tentu merupakan suatu hal yang benar, sehingga kita sebagai manusia harus tetap berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu.
Okky Madasari memang kerap mengangkat fenomena-fenomena sosial dalam setiap karyanya, dan dalam novelnya kali ini ia mengupas permasalahan korupsi yang ada di Indonesia. Bahwa korupsi dan suap tidak hanya dapat dilakukan oleh para pejabat yang bergelimang harta, namun juga dapat dijumpai dalam hal-hal sederhana di sekeliling kita. Tidak hanya seputar korupsi, kita juga dapat menemukan beberapa fenomena sosial lain dalam novel ini. Penasaran? Baca saja buku ini! :)
Pengarang: Venerdi Handoyo
Penerbit: POST Press
Tahun terbit: 2019
Ketika seseorang yang dianggap "berbeda dari orang normal kebanyakan" mengalami keanehan dan memiliki keluhan, apa yang sesungguhnya terjadi padanya? Benarkah dirinya dirasuki roh jahat? Atau sesungguhnya, ia memang membutuhkan seseorang yang bisa memahami jiwanya?
Kisah dalam Lusifer! Lusifer! dituturkan melalui kacamata tokoh Markus Yonatan. Dikisahkan bahwa pada mulanya Markus Yonatan menjalani kehidupan yang biasa saja bersama orangtua dan kakak laki-lakinya. Suatu peristiwa membuat kehidupan keluarga mereka yang semula cenderung disfungsional, bahkan terkesan jauh dari agama, menjadi lebih hangat dan religius. Mereka pun mulai mengikuti persekutuan doa di suatu gereja, bahkan menjadi pengurus di sana. Hal inilah yang membawa Markus Yonatan mengenal Singa Yehuda (yang akrab disapa SY) dan adiknya, Mawarsaron. SY dan Mawarsaron merupakan anak-anak petinggi di gereja tempat keluarga Markus Yonatan beribadah. Sebagai orang penting di gereja, orangtua SY dan Mawarsaron selalu ingin putra-putrinya menjadi anak yang baik dan taat pada Tuhan. Mereka selalu mengatakan bahwa Mawarsaron malas berdoa dan menganggap perilakunya yang kerap menonton film Hollywood, membaca majalah remaja, dan mendengar lagu beberapa boyband terkenal, dapat merusak pemikiran mereka dan menjauhkan diri dari Tuhan. Sampai suatu ketika jemaat gereja dikejutkan oleh suatu kabar: Mawarsaron hamil di luar nikah! Yang lebih mengejutkan lagi, Mawarsaron berteriak-teriak bagai kesetanan, menyatakan bahwa anak yang dikandungnya itu adalah anak Iblis. Para pengurus gereja pun meyakini bahwa Lusifer, Sang Raja Iblis, tengah bersarang di tubuh Mawarsaron. Diadakanlah pengusiran roh guna mengenyahkan Lusifer dari tubuh gadis itu. Tapi benarkah Mawarsaron tengah dirasuki Lusifer? Dapatkah Markus Yonatan mencari tahu kebenarannya?
Lusifer! Lusifer! memaparkan kritik sosial terhadap labelling "lemah iman" dan "kurang berdoa" yang biasa dialamatkan masyarakat terhadap orang-orang yang dinilai bermasalah. Meski dibalut oleh nilai-nilai keagamaan, buku ini sama sekali tidak terkesan mendoktrin atau menggurui. Isu yang digunakan pun sangat dekat dengan masyarakat saat ini, tentang bagaimana terkadang masalah manusia tidak hanya membutuhkan penyelesaian melalui komunikasi atau hubungan dengan Tuhan, tapi juga dengan komunikasi yang baik dengan sesama. Terkadang manusia hanya ingin didengarkan dan dihargai, bukannya dinilai dan dihakimi. Semakin kita menghakimi seseorang, justru bisa jadi kondisi orang itu malah makin memburuk.
Lusifer! Lusifer! menawarkan cerita yang segar dengan isu menarik. Kisah ini menyentil kondisi sosial masyarakat zaman now yang kerap menghakimi orang lain tanpa tahu kondisi sebenarnya atau menggunakan nama agama sebagai pembenaran dalam melakukan segala sesuatu. Buku ini tidak terlalu tebal dan bahasanya mudah dipahami, membuatnya bisa dijadikan alternatif bagi yang sedang mencari novel dengan kisah tak biasa.
1.Kumpulan Budak Setan - Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad
2. Garis Perempuan – Sanie B. Kuncoro
3. Malaikat Jatuh – Clara Ng
4. The Five People You Meet In Heaven – Mitch Albom