What's new?

Saturday, July 31, 2021

Review Buku: The Miraculous Journey of Edward Tulane

 



Judul buku: The Miraculous Journey of Edward Tulane

Pengarang: Kate DiCamillo

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2006


Betapa menyenangkan jika kita memiliki segala hal yang diinginkan orang lain: orang-orang yang begitu menyayangi kita, tempat tinggal yang nyaman, juga berbagau fasilitas memadai. Tapi bagaimana jika kita harus meninggalkan semua kenyamanan itu secara tiba-tiba, tanpa pernah memaknainya dengan baik? Mampukah kita menghadapi kerasnya hidup dan memaknainya dengan baik?

Edward Tulane adalah sebuah boneka kelinci porselen milik Abilene Tulane. Dimiliki oleh gadis kecil putri keluarga Tulane yang berada, Edward dihujani oleh kasih sayang dan berbagai barang berkualitas baik. Abilene memberikan pakaian dan aksesori mahal untuk Edward. Ia juga selalu mengajak Edward bicara layaknya manusia, bahkan menamainya lengkap dengan nama keluarga Tulane. Sayang, semua yang ia miliki membuat Edward tinggi hati. Ia merasa bahwa dirinya adalah yang satu-satunya yang harus terus mendapat perhatian dan tak pernah menghargai Abilene sebagai pemiliknya.

Semuanya berubah ketika Edward harus terpisah dari Abilene dalam sebuah perjalanan wisata dengan kapal pesiar, menyebabkan kelinci porselen itu terlempar ke lautan. Sejak itu kehidupan Edward menjadi penuh liku. Edward yang terbiasa dengan kenyamanan dan barang-barang indah, harus rela melanglang dari satu tempat ke tempat lain, bertemu berbagai orang baru yang menjadikannya teman, namun tak jarang pula yang menyia-nyiakannya. Bersama mereka, Edward belajar untuk lebih memaknai hidupnya dan menghargai setiap orang yang menyayanginya. Namun begitu, jauh di dalam hatinya masih tersimpan kerinduan pada pemilik lamanya, Abilene. Akankah Edward dapat bertemu dengan Abilene lagi?

Bagiku, The Miraculous Journey of Edward Tulane tidak sekadar buku cerita anak-anak. Kisah ini sangat layak dinikmati oleh segala usia, bahkan orang dewasa sekali pun. Perjalanan hidup Edward yang bermula dari sebuah boneka kelinci porselen sombong tak berperasaan hingga akhirnya dapat memaknai kasih sayang dan ketulusan orang-orang di sekitarnya menunjukkan bahwa roda kehidupan akan selalu berputar. Ketika kita sedang di atas, kita harus tetap mengingat orang-orang yang selalu ada untuk kita, mensyukuri apa pun yang kita miliki. Begitu juga saat kita berada dalam posisi terbawah. Meski menyakitkan, hidup harus tetap berjalan ke depan. Memang tidak mudah untuk menjalani kerasnya hidup dengan lapang dada, tapi terus meratapi hal buruk yang terjadi pada kita juga tidak akan membuat kepedihan itu sirna. Hal menarik lain yang dapat dipelajari dari Edwaard Tulane adalah bagaimana ia belajar untuk ikhlas melepaskan apa pun yang pernah ia miliki, termasuk orang yang menyayanginya. Tentu hal-hal semacam ini terasa familiar dengan problema orang dewasa dan tidak ada salahnya kita membaca buku ini untuk dapat belajar mengenai arti ikhlas dan menghargai.